source : www.titik0km.com

Salah satu sifat manusia adalah ingin di akui oleh orang lain, dalam berucap, dalam berbuat, bahkan dalam diamnya tidak luput dari pengharapan ingin di anggap lebih dan di perhatikan.
Dalam Al-Quran di sebutkan bahwa :

وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Dalam salah satu Hadistpun kita temui :
,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya" (HR. Bukori)

Kedua dalil diatas secara tersirat menggambarkan bahwa sifat manusia itu selalu ingin di lihat dan di akui oleh orang lain atas segala amalnya. Sehingga dalam syariatpun kita akan menemukan dua usur penting yang harus di perhatikan. Pertama adalah Allah akan memberikan berbagai keutamaan dari sebuah amalan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti yang tersurat dalam dalil diatas, bahkan salah satu ciri ikhlas itu adalah dengan menyembunyikan sebuah amalan (beramal secara sembunyi-sembunyi) bahkan ikhlaspun menjadi salah satu syarat untuk di terimanya sebuah amal. Kedua Allah  memberikan ancaman bagi orang yang berbuat sebuah amal namun hanya ingin di lihat dan di akui oleh orang lain, yaitu amalan riya, kitapun akan banyak menemukan Ayat Al-Quran ataupun Hadist tentang ancaman dan bahaya dari perbuatan riya, diantaranya :

  • Menghilangkan kebaikan dari amal shaleh dan mengundang kecelakaan.

“Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna”. [al Ma’uun : 4-7]

  • Riya akan menghapus dan membatalkan amal shaleh

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir”. [al Baqarah : 264].

  • Riya akan mewariskan kehinaan dan kerendahan 

مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ

“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani]


  • Pelaku Riya’ Tidak Akan Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat

بَشِّرْ هَذِهِ الأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالدِّيْنِ ، وَ النَّصْرِ ، وَ التَّمْكِيْنِ فِي الأَرْضِ ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الأَخِرَةِ لِلدُّنْيَا ، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الأَخِرَةِ نَصِيْبٌ

“Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi (keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat”. [HR Ahmad,]

  • Dan masih banyak hadist-hadist lainya berupa ancaman untuk perbuatan riya


Hal diatas cukuplah bagi kita untuk memastikan keiklasan dalam sebuah amal hanya teruntuk Allah semata dan tidak menampakanya (tidak ingin di ketahui) kepada orang lain.

Saat kita melakukan sebuah kebaikan,juga di saat kita mendapatkan kebaikan seperti tercapainya sebuah tujuan,  sukses dalam berkarya, mendapatkan rezeki yang berlimpah,dll, tidak perlu mengumbar kepada orang lain dan semua orang harus tau dengan apa yang sudah kita dapatkan atau kita berikan.

Takutlah saat kita menunjukan kelebihan kepada orang lain ada orang yang tersakiti bahkan membuatnya menjadi takabur dan tidak bersyukur karena menganggap Allah tidak adil dia tidak memiliki yang kita punya, sebuah pepatah mengatakan "janga menunjukan kebahagiaan di depan orang sedang bersedih, jangan menunjukan kekayaan di depan orang miskin, dan jangan menunjukan keturunan di hadapan orang yang tidak memiliki keturunan" hal itu menggambarkan pantangan kita untuk tidak menampakan sebuah kebaikan di hadapan orang yang tidak mendapatkan kebaikan serupa karena jelas akan menyakitinya.

Maka kita katakan tidak harus semua orang tau atas apa yang kita miliki dan kita berikan, cukuplah Allah sebagai saksi dan pembalas dari setiap amal-amal kita.

Lembang, Acep Firmansyah 09/05/2016

.

Advertisement

0 komentar:

Posting Komentar

terimaksih anda telah berkunjung silahkan tambahkan komentar anda

 
Top