wisatatourbandung.com
Situ Cileunca... mungkin bukanlah tempat yang asing di telinga, terutama bagi kita yang tinggal di wilayah sekitar bandung dan garut selatan, situ tersebut berada 45 Km sebelah selatan kota bandung tepatnya berada di wilayah Kecamatan Pangalengan. Dibangun pada masa belanda selama 7 tahun dari tahun 1919 s/d 1926, yang dulunya termasuk kawasan milik pribadi saudagar belanda bernama Kuhlan, selain itu pula situ tersebut di peruntukan untuk pembangkit listrik kebutuhan pabrik teh yang berada di sekitar wilayah pangalengan, sekaligus sebagai cadangan pasokan air untuk wilayah kota bandung. Baru kemudian setelah  masa kemerdekaan pengelolaan dan kepemilikanya beralih ke PEMDA yang di kelola oleh PT. Indonesia Power yang saat ini menaungi beberapa pembangkit listrik tenaga air di wilayah Jawa Barat.

pict from www.omdien.worpress.com
Sajian panorama alam yang Indah menjadi daya tarik tersendiri untuk di kunjungi dan di jadikan tempat wisata, sehingga tiap bulanya tercatat banyak para turis dari dalam dan luar kota bandung yang berdatangan.

Namun tahukah anda di balik eksotisnya situ cileunca terdapat beberapa mitos/cerita-cerita mistis yang berkembang di masyarakat sekitar yang sampai saat ini tetap di yakini sehingga menjadi pantangan-pantangan tersendiri (larangan). Diantara mitosnya adalah keberadaan Siluman Lulun Samak yaitu mahluk berbentuk tikar yang suka menggulung mangsanya dan Siluman Dongol yaitu berupa siluman berkepala kerbau. Kemudian mitos yang tidak kalah menarik adalah kisah permusuhan Mbah suta sebagai penguasa situ dengan orang Garut di zaman dulu, sehingga orang garut dan keturunanya sangat terlarang untuk bermain/berkunjung ke situ cileunca karena akan terjadi kesialan berupa kecelakaan, Saya sebagai warga Garut Selatan-pun tepatnya bermukim di Desa Sukamaju Talegong mitos tersebut bukanlah cerita asing karena sering di ceritakan oleh para orang tua tentang pantangan tersebut.

Dari kisah diatas bagi warga yang mempercayainya khususnya yang tinggal di wilayah Garut Selatan memang menjadi ketakutan tersendiri, sebagai fakta, orang-orang yang tinggal di wilayah sana, objek wisata situ Cileunca dianggap tidak begitu menarik untuk di kunjungi, penyebabnya selain karena memang jarak tempuhnya cukup dekat, juga karena adanya mitos tersebut sehingga membuat mereka berpikir ulang jika hendak berwisata ke situ Cileunca. Padahal untuk orang yang berada di luar kota, situ Cilenca adalah tempat yang di rekomendasikan untuk di kunjungi sehingga dulu situ Cilenca terkenal dengan istilah Swiss-nya Indonesia.


Bayang-bayang mitos tersebut ikut menempel di pikiran saya, meskipun saya sendiri tidak mempercayainya karena dalam Islam tentunya itu adalah bagian dari Khurafat dan Tahayyul,jika kemudian ada kisah keberadaan 2 siluman tersebut yang sering menampakan diri, maka itu adalah mahluk ALLAH dari golongan JIN Kafir yang hendak menyesatkan manusia dengan tipu muslihatnya agar kemudian manusia lebih takut kepada setan dari golongan JIN tersebut ketimbang takut kepada ALLAH. Ketika nampak di masyarakat ketakutan akan mitos tersebut maka tentunya itu adalah bagian dari Syirik yang dalam agama Islam terlarang. Begitupun dengan Khurafat tentang kisah orang Garut akan mengalami celaka jika bermain ke Situ Cilenca berupa tenggelam,dsb. yang akan berakhir dengan kematian, itupun sesuatu yang tidak di benarkan karena yang namanya kematian dan musibah itu ALLAH yang menentukan tidak dengan jalan tahayyul melalui pelantara pengeramatan sebuah tempat. dalam arti tidak ada kaitanya antara kematian atau kecelakaan seseorang dengan sebuah tempat, karena hidup dan mati adalah mutlak atas kekuasaan ALLAH, kalaupun memang pernah ada orang garut yang meninggal disana, itu karena memang takdir usianya berakhir di tempat tersebut.

Hingga kemudian pada Hari Jumat,tanggal 8 April 2016. Sekolah tempat saya mengajar memutuskan untuk berkujung kesana melaksanakan agenda Rihlah pasca Ujian Nasional. Sayapun mencoba berbagai wahana yang ada, dari mulai mendayung perahu karet mengelilingi tepian situ, kemudian Arung Jeram di sungai Palayangan yang hulu sungainya merupakan pembuangan dari situ Cilenca dan bermuara di bendungan PLTA Plengan dan Lamajan. Dan di akhiri dengan mencoba wahana keliling situ dengan perahu bermesin boat. Dan Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,kembali ke rumah sehat wal-afiat tanpa kurang sesuatu apapun. Sehingga saya berkata mitos itu telah berakhir, bahkan mungkin tepatnya tidak Pernah ada.

Acep Firmansyah - Lembang,26/04/2016

Advertisement

0 komentar:

Posting Komentar

terimaksih anda telah berkunjung silahkan tambahkan komentar anda

 
Top